Kamis, 10 November 2011

reBORN of studiogambargerak!

Dalam tulisan sebelumnya, sudah sedikit disinggung upaya manajemen membangkitkan dan meletakkan kembali studiogambargerak dalam posisi awalnya. Ini yang kemudian kami sebut reBORN of studiogambargerak! Ini juga yang akan kami lakukan kembali minimal satu tahun kedepan. Penyegaran dan peneguhan kembali anggota studiogambargerak akan segera diagendakan beserta itu pula akan dirumuskan langkah ideal apa yang bisa dilakukan untuk membawa studiogambargerak seperti misi awalnya dan lebih memberi manfaat bagi masyarakat dan generasi muda bangsa ini.
Hal ini tidak lebih karena dilatarbelakangi perkembangan masyarakat dalam membaca dirinya sendiri melalui media audio visual yang mau tidak mau dalam beberapa tahun masyarakat dijejali tontonan yang berbau mesum, porno dan menjurus dalam hal eksplorasi sensualitas yang menyuguhkan gadis yang seksi, tari-tarian striptis dan bahkan film porno yang seharusnya hanya diperbolehkan untuk orang dewasa. Gejala ini semakin didukung dengan berkembangnya  video berkualitas handphone yang menyajikan kompresi 3gp mp4 dan semacamnya yang relatif membutuhkan byte yang kecil dengan durasi yang lebih panjang. Seolah-olah tidak ada pilihan lain yang sama menariknya tapi mempunyai kandungan edukasi dan advokasi bagi perkembangan cara berpikir masyarakat yang lebih maju dan terbuka. (upload sementara: belum selesai)

Rabu, 09 November 2011

MARI BERKOMUNITAS DENGAN SEHAT!


Akhirnya ada sedikit energi yang tersisa setelah sekian tahun saya membiarkan blog studiogambargerak ini terbengkalai begitu saja. Tidak ada alasan istimewa yang melatarbelakangi terbengkalainya blog studiogambargerak ini selain ricuh-gemuruhnya perkelahian batin saya dan realita kehidupan pribadi serta bergesernya cara pandang saya tentang berkomunitas. Tentu ini tidak bisa disamakan dengan cara pandang pelaku komunitas lainnya karena perkelahian ini jelas diranah batiniah saya, namun demikian jenjang waktu yang lumayan panjang (1995-2011) saya memberi ruang dan spasi, membiarkan perkelahian ini berlangsung secara alami, tapi akhirnya pilihan saya kembali jatuh ke konsep berkomunitas, yang menurut saya pilihan ini adalah pilihan yang lebih absurd dibanding pilihan-pilihan lain yang sempat mengganggu untuk saya jalani. Jelas ego saya (:idealisme) masih menguasai kuat dalam perjalanan selanjutnya. Faktor ekternal yang klasik tetap menjadi hantu bagi saya. Pertanyaan-pertanyaan besar yang selama ini coba saya kesampingkan terus meneror untuk dicari jawaban dengan bekal kemampuan yang ala kadarnya. Hmm... jadi ingat beberapa waktu yang lalu ketika saya menerima komplain dari seorang teman melalui inbox di jejaring sosial facebook tentang bagaimana dia memojokkan saya telah melakukan pencemaran nama baik dan sejenisnya (malas memaparkan panjang lebar) karena mungkin terlalu berambisinya saya memberi nuansa lain dalam kehidupan berkomunitas terutama dalam bidang audio visual, film berbasis komunitas, atau sering juga disebut komunitas film, atau yang pada era awal sering disebut juga komunitas film indie. Sulit juga mau memakai istilah yang mana tapi kurang lebihnya seperti itu, meski saya lebih suka memilih istilah pergerakan melalui media audio visual.
Sejauh pengamatan saya dibeberapa daerah yang kehidupan berkomunitasnya bergerak dan berkembang ada beberapa kecenderungan mereka bergerak secara berkelompok, ada semacam pengklasifikasian tak kentara yang mungkin sebenarnya tidak perlu, sering saya memberi istilah "pergerakannya seperti pra sumpah pemuda". Ada banyak kecenderungan yang kalau kita amati kecenderungan yang menggelikan dan sebenarnya gak perlu, gak perlu juga saya memberi contoh karena demokrasi yang kebablasan ini sering memojokkan contoh identik dengan ‘pencemaran nama baik, dan siallah si pemberi contoh tersebut. Setidaknya bisa diamati pernik-pernik kecil yang terjadi disekitar kita memberi informasi yang jelas bagaimana memilih ‘habit’ untuk ditumbuhkembangkan, dan gejala mana yang perlu dikikis dan ditinggalkan.
Baiklah terpaksa saya harus memberi contoh untuk menjelaskan pemikiran saya ini. Hal-hal yang menurut sebagian orang adalah tidak penting padahal itu sangat penting dilakukan, misal memberi apresiasi terhadap orang atau pihak lain yang telah berkontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung. Apresiasi itu bisa berbentuk apapun tapi tentunya dengan komposisi yang pas dan berkesinambungan. Sering saya menemui cerita dari teman ataupun temannya teman, mereka menemukan kekecewaan ketika dalam berproses dengan pihak tertentu tapi pada akhirnya dia tidak mendapatkan apresiasi apapun bahkan kecenderungan dilupakan. Hops! Ini bukan masalah eksistensi lho kawan! Coba tengok banyak kejadian seperti ini terjadi. Kalaupun mereka (sang korban) butuh eksistensi tentu tidak akan melakukannya berulang-ulang, tapi ini adalah masalah bagaimana berproses ini dibangun dengan pondasi yang bermacam-macam, seperti pertemanan dengan si Anu padahal ini bukan prosesnya si Anu itu sendiri tapi prosesnya lembaga yang menaungi si Anu tadi, dan mungkin pertimbangan-pertimbangan lain yang sebenarnya tidak punya daya tawar yang kuat. Dan akhirnya si korban ini akan bersedia melakukan lagi dan lagi dan lagi hingga akhirnya dia sadar kalau energinya terkuras banyak disana dan kemudian diambang tertentu dia akan meninggalkannya, pasti!
Banyak motif, banyak skema dan banyak hal yang melatarbelakangi. Tidak bisa dipungkiri dalam berproses meski dengan label ‘teamwork’, tidak semua orang yang terlibat akan melambung namanya. Sebagai contoh sebuah film mendapat apresiasi yang luar biasa kemudian melambungkan nama sang sutradara, apakah dengan serta merta nama runnernya ikut melambung? Sssst! Nanti dulu! Tidak bro! Tapi iya dalam lingkup yang sangat kecil. Setidaknya berhati-hatilah karena komunitas ini sudah 50% dalam perjalanan menuju bubar...hahaha... Lalu bagaimana seharusnya? Tidak ada yang mengharuskan seperti apa seharusnya, tapi sedikit apresiasi dan dilakukan terus menerus sudah seperti musafir menemukan setetes air di padang gurun yang tandus. Kalau kita bicara teamwork diranah komunitas, teamwork itu sesuatu yang imajiner, semu. Kontribusi masing-masing pelaku akan berguguran seiring perjalanan waktu dan yang (tetap) mencuat orang-orang atau pihak-pihak tertentu. Dan hal ini sudah menjadi kesadaran bersama, sebenarnya, tapi terkadang apresiasi itulah yang meniadakan kesenjangan itu.
Hal semacam juga sering terjadi ditataran konsep. Ada seorang teman dengan segala kesulitannya mendatangi Anda dan bercerita panjang lebar bagaimana kegelisannya dan dia berharap Anda memberi masukan untuk merealisasikan. Kebetulan saat itu Anda seperti dewa penolong bagi dia. Anggaplah konsep sebagian besar muncul dari Anda dan kemudian kalian bersepakat menjalankan bersama, namun dalam perjalanannya dengan suatu alasan Anda tidak bisa terlibat lebih lanjut. Seiring perjalanan waktu ide-ide yang Anda punyai tapi belum dilaksanakan ketika Anda masih bergabung menjadi kenyataan dan teman Anda tadi tidak memberi apresiasi apapun terhadap Anda. Apa yang ada di hati Anda? (Paragraf yang aneh seperti seorang motivator...hehehe...)
Seperti halnya saya kembali menghidupkan kembali blog ini. Ini adalah buah dari dorongan seorang teman yang suatu sore saya paksa untuk ngangkring bersama dan menteror saya dengan kata-kata ‘fokus!’, lalu kami terlibat obrolan yang sebenarnya biasa saja tapi sangat membuka hati untuk dijalani dan sepulangnya dari angkringan saya diberi uang seratus ribu, nilai yang sangat banyak tapi tidak lebih banyak dari teror ‘fokus!’. Dia juga menegaskan dengan modal telah memenangi beberapa festival film kamu bisa menjadi apa yang kamu mau. Fokus untuk tetap konsen di dunia edukasi dan advokasi masyarakat melalui film. Fokus untuk melakukan selangkah demi selangkah apa yang menjadi kerangka perjalananmu. Dia juga meminjam istilah seorang teman (yang ternyata juga pernah membangkitkan semangatnya) ‘kita tidak bisa menjejakkan kaki kita di dua tempat sekaligus’. Sebenarnya motivasi-motivasi itu tidak hal baru bagi saya, tapi perlu ditegaskan kembali untuk saya. Lucunya kami tidak pernah terlibat dalam satu proses apapun, tapi kami selalu berkeinginan berproses bersama dengan ide-ide yang bisa aku bilang menarik, sangat menarik. Rupanya teror kata fokus tadi juga berlaku untuk kami berdua semoga menjadi kenyataan ide-ide berproses bersama. Juga ada seorang teman yang dua minggu berikutnya saya hubungi untuk terlibat bersama, dia menekankan satu kata ‘tenanan’ (bersungguh-sungguh) hingga berkali-kali. Mereka mengapresiasi saya sedemikian hebatnya dan saya harus mengapresiasi mereka lebih hebat lagi.
Sekali lagi tulisan ini hanya satu upaya membangkitkan lagi, menyegarkan lagi pribadi saya untuk fokus dan bersungguh-sungguh (lagi). Perjalanan berkomunitas yang sudah lumayan panjang saya jalani ternyata membawa saya dititik jenuh (kayak hukum ekonomi: titik kulminasi) dan rupanya saya hanyut dititik jenuh dalam kurun yang lumayan panjang. Sebelum saya mengakhiri tulisan ini tiba-tiba saya teringat satu proses yang pernah saya jalani sekitar tahun 2006 sampai 2007, kalau gak salah (males buka arsip). Satu pelajaran menarik dari proses panjang itu adalah jangan pernah melihat siapa yang berbicara tapi dengarkan apa yang disampaikan. Hal lucu terjadi dalam proses panjang itu dimana ide seseorang belum tentu dipakai karena sang penerima ide melihat siapa penyampai idenya. Ketika ide yang sama dilontarkan oleh seseorang yang dia anggap ‘panutan’ maka secara ostosmatis (atomatis) dipakai dan dijalankan. Bukan masalah yang besar tapi lucu ketika diceritakan ulang. Mari berkomunitas dengan sehat! (mann/09/11/11)